Setiap nama sebuah tempat seringkali menyimpan cerita, sejarah, dan makna mendalam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Begitu pula dengan Tigaraksa, yang kini dikenal sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang. Namanya yang gagah ternyata bukan sekadar sebutan, melainkan sebuah cerminan dari semangat perjuangan dan filosofi kepemimpinan yang luhur.
Lantas, bagaimana sebenarnya asal usul nama Tigaraksa? Mari kita telusuri jejak sejarahnya yang menarik.
Awal Mula dari Benteng Pertahanan Melawan VOC
Kisah Tigaraksa berakar pada pertengahan abad ke-17, di masa ketegangan antara Kesultanan Banten dengan perusahaan dagang Hindia Belanda, VOC, yang berpusat di Batavia. Untuk membendung pengaruh dan agresi VOC, Kesultanan Banten merasa perlu membangun sebuah benteng pertahanan strategis di wilayah yang kini kita kenal sebagai Tangerang.
Pada masa itu, Sultan Banten mengutus tiga tokoh pemimpin yang memiliki kesaktian dan wibawa tinggi untuk mendirikan pusat pertahanan tersebut. Mereka adalah tiga bersaudara yang dikenal sebagai tokoh kunci dalam perlawanan terhadap VOC.
Lahirnya “Katigaraksaan”: Tempat Tiga Pemimpin Agung
Tiga tokoh yang diutus oleh Kesultanan Banten tersebut adalah:
- Raden Aria Wangsakara
- Raden Aria Santika
- Raden Aria Yudanegara
Ketiga pemimpin ini kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan sekaligus basis pertahanan. Karena tempat tersebut dipimpin oleh tiga tokoh kunci yang dihormati, wilayah itu pun dikenal dengan sebutan “Katigaraksaan”.
Dalam bahasa Sunda Kuno, “Katigaraksaan” memiliki arti sebagai “Tempat yang Dikuasai Tiga Pemimpin” atau “Kediaman Tiga Penguasa”. Seiring berjalannya waktu dan evolusi bahasa, nama “Katigaraksaan” perlahan-lahan berubah dan lebih mudah diucapkan menjadi Tigaraksa.
Filosofi “Tiga Pilar Kekuatan” di Balik Nama Tigaraksa
Lebih dari sekadar merujuk pada tiga tokoh pendirinya, nama Tigaraksa juga merepresentasikan sebuah konsep kepemimpinan yang kuat, yaitu “Tiga Raksa” atau “Tiga Pilar Penjaga/Kekuatan”.
Filosofi ini melambangkan sinergi dan persatuan yang tak terpisahkan antara tiga elemen penting dalam masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan keamanan, yaitu:
- Umaro (Pemimpin/Pemerintah): Sosok pemimpin yang mengayomi dan menjalankan roda pemerintahan demi kesejahteraan rakyatnya. Diwakili oleh para Aria pada masa itu.
- Ulama (Tokoh Agama): Sosok pemuka agama yang memberikan tuntunan moral, spiritual, dan menjadi penasihat bagi pemimpin serta masyarakat.
- Masyarakat (Rakyat): Elemen rakyat yang bersatu, mendukung pemerintah, dan menjalankan kehidupan sosial dengan harmonis.
Konsep inilah yang diyakini menjadi sumber kekuatan utama masyarakat Tigaraksa pada zaman dahulu dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam perjuangan melawan penjajah.
Tigaraksa di Era Modern: Dari Sejarah Menjadi Pusat Pemerintahan
Warisan sejarah dan filosofi yang kuat membuat nama Tigaraksa tetap abadi. Puncaknya, pada tahun 1993, Kecamatan Tigaraksa secara resmi ditetapkan sebagai Ibu Kota dan pusat pemerintahan (Puspemkab) Kabupaten Tangerang.
Pemilihan ini bukan tanpa alasan. Selain lokasinya yang strategis, semangat kepemimpinan dan persatuan yang terkandung dalam nama Tigaraksa dianggap relevan untuk menjadi landasan dalam membangun dan memajukan Kabupaten Tangerang di era modern.
Kesimpulan
Asal usul nama Tigaraksa adalah bukti bahwa sebuah nama bisa menjadi pengingat abadi akan sejarah perjuangan, kepahlawanan, dan sebuah konsep kepemimpinan yang luhur. Dari sebuah benteng pertahanan yang didirikan oleh tiga pemimpin agung, Tigaraksa kini telah bertransformasi menjadi pusat administrasi yang vital, namun tetap membawa semangat “Tiga Pilar Kekuatan” dalam setiap denyut pembangunannya.