Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, memberikan pandangan tajam mengenai kinerja Nadiem Makarim selama menjabat di kabinet. Mahfud menilai Nadiem sebagai sosok yang bersih secara personal dari korupsi, namun di sisi lain menganggapnya tidak memahami seluk-beluk birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang kompleks.
Menurut Mahfud, ketidakpahaman Nadiem terhadap sistem birokrasi tecermin dari gaya kerjanya. Ia menyebut Nadiem dikenal jarang berada di kantor, sebuah kebiasaan yang menyulitkan pejabat tinggi lain untuk berkoordinasi.
“Nadiem itu orang bersih, saya tahu. Tapi dia tidak paham birokrasi,” ujar Mahfud. “Ada pejabat tinggi yang mengeluh sulit sekali bertemu dengannya.”
Kritik serupa juga pernah datang dari para rektor perguruan tinggi se-Indonesia. Mereka, kata Mahfud, sempat mengeluhkan minimnya arahan langsung dari Nadiem, terutama saat negara menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Puncak dari kritik Mahfud tertuju pada kebijakan pengadaan laptop Chromebook yang digagas oleh kementerian di bawah pimpinan Nadiem. Kebijakan tersebut dinilai tidak peka terhadap realitas di lapangan, di mana masih banyak siswa yang kesulitan mengakses sekolah, apalagi perangkat teknologi canggih.
Pada akhirnya, kebijakan yang dianggap salah sasaran inilah yang menjadi bumerang. Proyek pengadaan Chromebook tersebut kini terseret dalam kasus dugaan korupsi besar dengan taksiran kerugian negara mencapai Rp1,98 triliun, yang turut menyeret Nadiem hingga ditetapkan sebagai tersangka oleh aparat penegak hukum.