Tigaraksa, Tangerang – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang akhirnya angkat bicara dan mengambil langkah tegas menyusul insiden viral di mana sekelompok ojek pangkalan (opang) memaksa seorang ibu dan bayinya turun dari taksi online di kawasan Tigaraksa. Peristiwa yang memicu kecaman luas ini menyorot kembali konflik menahun antara transportasi konvensional dan daring, memaksa pemerintah daerah untuk turun tangan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tangerang, Achmad Taufik, menyatakan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam. Langkah pertama yang akan diambil adalah melakukan pembinaan dan pendataan terhadap seluruh ojek pangkalan yang beroperasi di wilayah tersebut, khususnya di sekitar pusat pemerintahan Tigaraksa yang menjadi lokasi kejadian.
“Kami akan segera melakukan pembinaan dan penataan. Ini tidak bisa dibiarkan karena menyangkut kenyamanan dan keamanan publik,” ujar Taufik saat dikonfirmasi pada Rabu (30/7/2025). “Tindakan intimidatif seperti itu jelas tidak dapat dibenarkan, apa pun alasannya.”
Akar Masalah dan Solusi Jangka Panjang
Dishub mengidentifikasi bahwa akar masalah dari konflik ini adalah perebutan “wilayah” dan ketakutan para opang akan kehilangan penumpang akibat serbuan transportasi online. Insiden ibu dan bayi tersebut menjadi puncak dari gesekan yang selama ini terpendam.
Sebagai solusi, Pemkab Tangerang tidak hanya akan memberikan pembinaan, tetapi juga berencana untuk memediasi pertemuan antara perwakilan ojek pangkalan dan aplikator transportasi online. Tujuannya adalah untuk mencari titik temu dan kesepakatan bersama, yang kemungkinan besar akan mencakup penetapan zona penjemputan (pick-up zone) khusus bagi taksi dan ojek online.
“Kami sedang mengkaji penetapan titik jemput agar tidak ada lagi gesekan di lapangan. Harus ada aturan main yang jelas yang disepakati bersama sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan masyarakat pun bisa memilih moda transportasi dengan aman,” tambah Taufik.
Kronologi Insiden yang Memicu Reaksi Keras
Peristiwa ini mencuat setelah sebuah video yang merekam kejadian tersebut viral di media sosial. Dalam video itu, terlihat seorang ibu yang menggendong bayinya terpaksa turun dari mobil taksi online yang ditumpanginya setelah dihentikan dan diintimidasi oleh sejumlah oknum opang.
Aksi tersebut sontak menuai amarah publik yang menilai tindakan para opang tidak manusiawi dan semena-mena. Desakan agar pemerintah dan aparat menindak tegas para pelaku dan menata ulang keberadaan ojek pangkalan terus menggema, menuntut jaminan keamanan bagi setiap warga negara dalam menggunakan jasa transportasi.
Kini, nasib para opang di Tigaraksa berada di tangan kebijakan Pemkab. Langkah pembinaan dan penataan ulang ini akan menjadi ujian bagi pemerintah daerah dalam menengahi konflik ekonomi-sosial yang kompleks, sembari memastikan bahwa hak publik atas rasa aman dan nyaman tidak akan pernah lagi dikorbankan.